Home

Donasi Login Register
Artikel
Idham Sumirat
pada 9 July 2022 | Kelas Kolaborasi

Guru Tamu ( Edisi Kesehatan di Masa Pubertas )

Wah murid-murid kelas 6 sudah mulai ada yang berjerawat ya?” Saya melempar pertanyaan di kelas.

Sontak seluruh keras menjadi ramai, riuh, kemudian saling memperhatikan satu sama lain. Kemudian saya menjelaskan bahwa wajah yang berjerawat merupakan hal yang lumrah terjadi ketika murid-murid memasuki masa pubertas.

Pada pembelajaran di semester 2  kelas VI  sekolah dasar terdapat muatan pelajaran IPA yaitu tentang masa pubertas dan sistem reproduksi pada manusia. Hal ini menjadi pembelajaran menarik, karena pembahasan yang kontekstual, dapat dikatakan demikian karena murid-murid memang sedang mengalaminya. Mulai dari perubahan tingkah laku, ketertarikan lawan jenis, dan perubahan fisik serta psikis yang timbul karena masa pubertas. Pembelajaran tatap muka terbatas di awal tahun 2022 masih diterapkan, sehingga saya dapat mengajar kembali walaupun belum maksimal. keadaan di lapangan sebetulnya anak-anak memiliki rasa ingin tahu yang banyak, namun stigma bahwa hal ini dianggap tabu menjadi kendala untuk saya menyampaikan materi ini. Alhasil murid-murid cenderung pasif dalam pembelajaran. 

Kondisi saya sebagai guru laki-laki merasa terbatas ketika akan menyampaikan hal yang detail berkaitan dengan materi sistem reproduksi. Materi serupa yang masih dalam kaitanya seperti tips berkaitan cara menjaga kesehatan organ reproduksi serta materi lainnya yaitu penyakit pada sistem reproduksi manusia menurut saya sangat penting untuk dikuasai murid. Dalam mengatasi tantangan tersebut saya mencoba untuk memulai dengan pendekatan kepada siswa dengan membangun komitmen dan kesepakatan kelas bahwa materi ini adalah sebagai ilmu pengetahuan, bukan hal yang tabu, yang tidak boleh dibahas. 

Akhirnya saya mencoba pendekatan lain dengan mengaitkan kontes dalam hukum agama, seperti menyisipkan ilmu fikih dalam membahas materi ini dan mencoba sesi diskusi khusus. Yaitu mencoba untuk memisah antara anak laki-laki dan perempuan dalam diskusi menyangkut materi sistem pubertas maupun sistem reproduksi. Harapannya dengan dipisah murid-murid menjadi lebih terbuka saat akan bertanya berkaitan keresahan pada dirinya. Namun usaha yang saya lakukan belum begitu berhasil, karena partisipasi masih dominan di kelompok murid laki-laki saja. Murid perempuan terkesan malu-malu saat akan bertanya. 

Sepintas saya teringat memiliki rekan yang berkecimpung di dunia kesehatan. Beliau bekerja di Dinas Kesehatan Kabupaten Wonosobo. Kemudian ide itu muncul, yaitu mendatangkan guru tamu di kelas 6. 

Sepertinya seru nih, mengajak rekan untuk jadi guru tamu di kelas.” Batin saya waktu itu.

Tak lama kemudian, saya menghubunginya melalui pesan Whatsapp dengan harapan beliau berkenan untuk berkunjung di kelas saya. Ternyata seperti gayung bersambut. Beliau mengiyakan untuk berkunjung ke sekolah saya, karena masih berada di daerah binaan tempat kerjanya. Saya sangat senang sekali mengetahui jawaban dari beliau. Kemudian kami menentukan tanggal sekaligus beliau izin untuk melakukan survei sebaran TB di sekolah. 

Hari yang ditentukan tiba, saya menyampaikan kepada murid-murid bahwa hari ini ada guru tamu yang akan mengisi di kelas 6. Murid-murid senang mendengar informasi yang saya sampaikan. Kemudian saya mempersilahkan beliau untuk menyampaikan materi sosialisasi berkaitan dengan pubertas, sistem reproduksi pada manusia, penyakit dan upaya hidup bersih dan sehat.

.

Yang menarik, beliau menyampaikan materi secara kontekstual dan juga dekat dengan kehidupan murid sehari-hari. Materi yang disampaikan diawali dengan fakta seputar pubertas, kemudian hal-hal yang terjadi selama pubertas. Dilanjutkan dengan sistem reproduksi manusia dan juga dilengkapi dengan survei. Survei yang dimaksud berkaitan dengan kesehatan reproduksi yang ada di lingkungan sekitar. Fakta yang menarik yaitu, ternyata literasi mengenai kesehatan reproduksi penting disampaikan sejak dini sebagai upaya pencegahan penyakit menular seksual dan penyimpangan lainnya. 

Pada pembelajaran ini, siswa aktif bertanya. Bahkan pertanyaan yang tidak pernah muncul saat saya menyampaikan materi ini di kelas, hadir sebagai keresahan murid-murid. Setelah pembelajaran selesai, murid-murid terlihat masih penasaran dan masih memiliki keresahannya masing-masing. Namun karena keterbatasan waktu, pembelajaran tetap harus diakhiri. Rekan saya membagikan no whatsappnya, sebagai sarana jika ada yang ingin ditanyakan secara pribadi dan dijamin kerahasiaannya. Kegiatan dilanjutkan dengan survei TB sebagai sampling penyebaran TBC di sekolah. kemudian dilanjutkan foto bersama sebagai kenang-kenangan. 

Kegiatan pembelajaran dengan mendatangkan guru tamu kali ini menjadi berkesan untuk murid-murid, terlebih saya sebagai gurunya. Murid aktif bertanya dan menyampaikan keresahannya. Hal-hal yang mungkin jika ditanyakan langsung terhadap orang terdekat masih ada keraguan, terjawab di kelas dengan adanya guru tamu yang ahli di bidangnya.

Tidak hanya sebatas itu, pembelajaran menjadi lebih berkesan, karena kaitannya konteks materi yang dibawakan terasa dekat dengan keseharian murid-murid. Dan yang lebih menarik lagi, setelah murid-murid sudah menempuh sekolah menengah pertama, masih terjalin komunikasi dengan rekan saya ini. Murid-murid bertanya seputar masalah pubertas atau kesehatan reproduksi. 

 

Bagikan artikel ini :

(0) Komentar

Silakan login untuk dapat berkomentar!

Artikel Lainnya

SUKSES MENJADI GURU KONTRIBUTOR MEDIA ONLINE DAN RATUSAN ARTIKEL BERITA TERBIT
Mengapa Harus Terus Belajar?
KOLABORASI MENJADI SALAH SATU KUNCI SUKSES GURU MERDEKA BELAJAR
PRAKTIK BAIK METODE ATAP “PAK PARMAN” (PEMBELAJARAN ASYIK DENGAN PAPAN PERMAINAN)
Document