Home

Donasi Login Register
Artikel
DUWI PURWANTI, S.Pd
pada 4 January 2024 | Kelas Kemerdekaan

Matematika = "Human Activity"

Matematika = “Human Activity” By: Duwi Purwanti, S.Pd SD Negeri 2 Surengede Kejajar “Bu, Matematika itu sulit, aku tidak bisa !” Pernyataan ini sering sekali terdengar di kelas Ketika pelajaran Matematika Saya seorang guru yang mengajar di kelas lima SD. Pada awal tahun ajaran baru, saya melakukan assessment diagnistik kognitif menegnai materi bilangan dengan capaian pembelajaran “siswa dapat melakukan operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan cacah sampai 100.000.” Berdasarkan hasil assessment diagnostic, ditemukan masalah bahwa siswa belum paham penggunaan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian. Sebagai guru kelas, saya bertanggung jawab untuk melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada siswa, melayani kebutuhan siswa yang tentu berbeda beda, dan membiasakan budaya positif di lingkungan kelas. Saya mencari cara supaya murid-murid dapat menerapkan konsep operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian bilangan cacah sampai dengan 100.000. Tantanngan yang saya hadapi adalah berdasarkan hasil asseament diagnostic kognitif, siswa belum bisa mengoprasikan penjumlahan menyimpan, pengurangan meminjam, perkalian, dan pembagian. Saya melakukan assessment diagnostic non kognitif, dan hasilnya siswa mengeluh pusing jika dihadapkan pada angka-angka yang banyak karena rumit, dan sulit dan 70% siswa tidak menyukai pelajaran Matematika. Saya mencoba merefleksikan hasil pengamatan dan assessment diagnostic yang sudah dilakukan. Selanjutnya, saya mencoba untuk mencari solusi atas permasalahan yang di hadapi dengan melihat kekuatan asset yang dimiliki di sekolah. Saya melakukan analisis kebutuhan murid yang beragam. Sebagian besar murid di kelas saya merupakan kinestetik, mereka lebih menyukai kegiatan permainan, dan selalu bersemangat ketika melakukan ice breaking. Sebagai seorang guru, saya merencanakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, memenuhi kebutuhan belajar murid, dan membiasakan budaya positif di kelas. Pada dasarnya Matematika merupakan “Human Activity” yang artinya kegiatan matematika merupakan aktifitas manusia dalam kehidupan sehari-hari. Saya mencoba mengadaptasikan RME (Realistic Mathematics Education) dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan awal dimulai dengan berbaris dan bersalaman dengan siswa, berdoa, mengucapkan asmaul husna, menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan melakukan permainan “sedang apa” untuk melatih konsentrasi, dan kreativitas siswa. Kegiatan tersebut mampu mengembangkan Keterampilan Sosial dan Emosional murid mulai dari aspek kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran social, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Saya melakukan apersepsi dengan cara melihat konteks jual beli di lingkungan tempat tinggal siswa. Kegiatan ini diawali dengan pembagian kelompok heterogen setelah assessment diagnostik, bermain peran, dan membagi tugas untuk membuka toko. Tiap kelompok membuat toko dengan menyajikan daftar barang, sekaligus daftar harga tiap item barang. Siswa dalam kelompok berperan sebagai kasir dan pembeli secara bergantian. Siswa terlihat gembira dan antusias mengikuti kegiatan pembelajaran. Perencanaan kegiatan jual beli tiap kelompok tentu berbeda. Tiap kelompok bebas menentukan perencanaan dalam menentukan prosedur jual beli, barang yang dijual, dan item harga. Hal ini memunculkan kegiatan pembelajaran berdiferensiasi. Kegiatan di tutup dengan siswa bersama guru menyimpulkan kegiatan yang telah dilaksanakan hari ini, mengerjakan soal evaluasi, melakukan kegiatan refleksi, dan penyampaian tindak lanjut. Siswa berdoa, bernyanyi lagu “Sayonara” kemudian pulang dengan riang gembira. Kegiatan pembelajaran kontekstual, melibatkan murid secara aktif dan sadar bahwa, Matematika tidak hanya angka-angka, namun Matematika adalah “real human activity,” membuat siswa antusias, dan menjadikan pembelajaran yang bermakna. Berdasarkan hasil evaluasi 80% siswa sudah di atas rata-rata kelas. Sisa dari siswa yang belum tuntas akan dilakukan treatment khusus dengan memperhatikan gaya belajarnya. Hasil refleksi siswa menunjukan antusias dan semangat. Motivasi belajar Matematika meningkat, hal ini terlihat dari hasil refleksi, mereka menyukai pelajaran Matematika, karena menyenangkan. Terbukti ketika di hadapkan pada soal soal HOTS, siswa sudah paham dan mampu mengoprasikannya. Pembelajaran akan sampai ke siswa jika hal itu bermakna, sesuai konteks sehari-hari, menyenangkan, dan sesuai dengan kebutuhan belajar siswa.

Bagikan artikel ini :

(0) Komentar

Silakan login untuk dapat berkomentar!

Artikel Lainnya

Cheerful Teaching Moments: Inspirasi Bahagia diantara Siswa
DIREKTUR DISKUSI MEMAHAMI DIFERENSIASI MURID MERDEKA
KOLABORASI MENJADI SALAH SATU KUNCI SUKSES GURU MERDEKA BELAJAR
Healing di Kelas untuk Memantik Murid Belajar Aktif dan Mandiri
Document