Home

Donasi Login Register
Artikel
Siti Jumilati
pada 7 September 2023 | Kelas Kemerdekaan

Cheerful Teaching Moments: Inspirasi Bahagia diantara Siswa

Mata pelajaran yang saya ampu adalah Bahasa Inggris, mata pelajaran yang benar-benar baru untuk sebagian besar murid saya yang memang tidak pernah mendapatkan mata pelajaran tersebut dari SD karena memang mulok bahasa Inggris sudah tidak ada lagi semenjak pemberlakuan kurikulum tiga belas sekitar 10 tahun yg lalu. Bisa dibayangkan bagaima cara mengajar mata pelajaran yang benar-benar baru bagi mereka. "ora bisa Bahasa Inggris bu" begitu jawab salah satu murid saya dengan ekspresi yang sedikit takut ketika saya mengenalkan diri dan menyapa mereka menggunakan bahasa Inggris, padahal saya sudah pasang wajah yang saya manis-maniskan, maksudnya untuk menghilangkan kesan guru bahasa Inggris yang galak. “OMG’ belum apa-apa saya sudah ditolak begitu jerit batin saya. Dan benar saja waktu waktu selanjutnya pembelajaran saya berjalan dengan garing, seperti musim kemarau, hambar seperti sayur yang kurang garam, anak-anak yang memang pendiam dan tak punya bakat ribut, hanya diam dan nurut saja seperti robot dan paling suka bila diminta untuk menyalin materi, sedangkan anak-anak yang memang sudah bawaan dari lahirnya aktif dan tak bisa diam ya banyak sekali caranya untuk dapat keluar dan tidak mengikuti kelas saya, ada yang mulai dari ijin ke belakang, mau beli pulpen ke Koprasi, hingga mau buang sampah keluar, belum lagi beberapa anak yang memang sudah dapat cap trouble maker tingkahnya lebih menggemaskan lagi, pelan-pelan geser ke belakang tidak tahunya menghilang saat saya tidak memperhatikan dan ternyata tidur di belakang saat saya temukan. Huh..hah…huh..hah…pokonya bahasa itu yang dapat saya tulis untuk mendeskripsikan perasaan saya yang sewot, kecewa, sedih dan tidak Bahagia berada di dalam kelas. Padahal Bahagia itu katanya sederhana, Bahagia itu kita yang ciptakan dan itu banyak yang membenarkan.

Berangkat dari pengalaman tidak Bahagia di dalam kelas itu saya merasa tertantang sekali untuk merancang pembelajaran yang menarik dan wellbeing sehingga anak-anak tidak tertekan, mereka tidak tertekan mengikuti kelas saya dan sayapun dapat Bahagia berada di kelas saya. Akhirnya dengan keberanian yang saya paksakan saya melanggar aturan sekolah yang melarang siswa membawa HP. Saya diam-diam meminta murid saya untuk membawa HP setiap kali ada pelajaran saya dan menitipkannya kepada saya setelah usai pembelajaran. Dengan sedikit modal pengetahuan dan skill yang saya punya saya merancang pembelajaran dengan mengitegrasikan IT di dalam kelas saya, saya menetapkan tujuan pembelajaran  yang tidak terlalu tinggi, memilih kalimat pemantik hingga mencari materi dan sumber belajar yang tidak terlalu sulit karena saya beranggapan ini adalah awalan mereka belajar menggunakan IT. Saya kemas materi pelajaran saya dalam bentuk PPT yang saya integrasikan dengan Classpoint.

Dan Duar……., diluar ekspetasi , pembelajaran saya berjalan dengan sangat dinamis, saya tidak menemukan robot yang maunya nyalin tulisan dari papan tulis, siswa yang bolak-balik ijin ke belakang ataupun siswa yang bergeser dan lambat laun menghilang. Mereka gesit memainkan HP untuk menjawab asesmen awal, mereka tertawa saat saya menanyakan have you breakfast dan menjawabnya dengan gambar yg ekpresif yang terpampang langsung di layer LCD, tidak ada yang takut dan menjawab “ora bisa Bahasa Inggris bu” lagi, mereka akan berlari ke sudut atau tempat yang sunyi untuk merekam suara dan mengirimkan ke saya jawaban mereka dalam pesan suara. Benar-benar kelas yang hidup dan tidak garing lagi, hingga tak terasa 2 jam berlalu dan pertanyaan yang membuat saya terharu, “ bu besok pelajarannya bawa HP lagi ya”

Bahagia itu sederhana dan Bahagia itu kita yang mencipta”

Akhir dari cerita ini adalah kesimpulan bahwa seorang guru harus mampu menyesuiakan perkembangan zaman, hal itu seperti hadiz yang diriwayatkan oleh Ali Bin Abi Tholib "Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian". (H.R. Ali Bin Abi Thalib). Jika anak yang kita didik adalah generasi digital maka kitapun sebagai guru harus mampu memberikan Pendidikan yang menyiapkan mereka untuk menghadapi zaman digital….

Bagikan artikel ini :

(0) Komentar

Silakan login untuk dapat berkomentar!

Artikel Lainnya

DIREKTUR DISKUSI MEMAHAMI DIFERENSIASI MURID MERDEKA
Berbagi Praktik Baik Dengan Rekan Sejawat: Sosialisasi Membuat Kesepakatan Kelas Bersama Rekan Sejawat Di SMK Negeri 13 Medan
MOU KGBN Kota Balikpapan dengan Kantor Perpustakaan Kota Balikpapan, Kolaborast dengan GPMB( Gerakan Pemasyrakatan Minat Baca ) Balikpapan Selatan
Kolaborasi untuk merdeka mengajar
Document