Home

Donasi Login Register
Artikel
Marjenny, M.Pd.
pada 11 February 2024 | Kelas Kemerdekaan

I Can TTS (Infografis Canva-Text To Speech)

I CAN TTS-Descriptive Text

MARJENNY, M.Pd.

SMA Negeri 1 Batang Anai

marjenny33@guru.sma.belajar.id

 

PENDAHULUAN

Pelaksanaan Kurikulum Merdeka di sebagian besar sekolah di Indonesia membuka peluang akan keberlangsungan pendidikan yang bermakna, bermartabat serta berpusat pada murid. Kurikulum Merdeka dengan berbagai karakteristik dan kelebihannya telah membawa angin segar perubahan pendidikan di tanah air. Kemerdekaan yang ditawarkan baik dari sisi konten, media dan asesmen telah membuka peluang tumbuhnya kreatifitas dari kalangan guru maupun peserta didik.

Beberapa karakteristik dari Implementasi Kurikulum Merdeka dapat dilihat diantaranya dari pengembangan soft skills dan karakter melalui projek penguatan profil pelajar Pancasila. Pembelajaran yang difokuskan pada materi esensial, relevan dan mendalam menyebabkan tersedianya waktu yang cukup untuk membangun kreativitas dan inovasi peserta didik dalam mencapai kompetensi dasar seperti literasi dan numersi. Dengan adanya penekanan pada materi esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya, proses pembelajaran diharapkan menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak terburu-buru dan menyenangkan. Termasuk juga terjadinya pembelajaran yang fleksibel dimana terdapat keleluasaan bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian dan perkembangan masing-masing peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.

Disamping itu, konsep merdeka belajar yang diusung oleh kurikulum merdeka di Sekolah Penggerak maupun sekolah penyelenggara Implementasi Kurikulum Merdeka baik itu pada level belajar, berubah maupun berbagi adalah Pembelajaran Berdiferensiasi. Sesuai namanya, pembelajaran berdiferensiasi merupakan proses atau filosofi pengajaran efektif dengan memberikan beragam cara untuk memahami informasi baru bagi semua murid dalam komunitas ruang kelasnya yang beraneka ragam dengan  tetap berorientasi pada kebutuhan murid. Proses mendiferensiasikan pelajaran dilakukan untuk menjawab kebutuhan, gaya atau minat belajar dari masing-masing murid.

Implementasi pembelajaran berdiferensiasi baik yang dilakukan pada saat PBM di kelas seyogyanya mampu mengakomodir perbedaan gaya belajar masing-masing. Setidaknya ada 4 (empat) jenis gaya belajar peserta didik, diantaranya (1) gaya belajar visual yang berfokus pada indera penglihatan untuk mengamati dan mempelajari objek seperti gambar, tulisan atau video, (2) gaya belajar auditori yang menekankan pada suara dibanding tulisan, (3) gaya belajar kinestetik yang biasanya belajar dengan cara melakukan sesuatu atau terlibat langsung dengan sebuah persoalan, dan (4) adalah gaya belajar membaca/menulis yang sesuai namanya gaya ini berekspresi melalui penulisan ataupun membaca sumber belajarnya.

Kurikulum merdeka juga bertujuan membentuk peserta didik yang memiliki nilai-nilai profil pelajar Pancasila. Keenam dimensi profil yang ditumbuhkembangkan diharapkan akan terbentuk melalui pelaksanaan kurikulum merdeka di satuan pendidikan. Dimensi beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebhinnekaan global, mandiri, bergotong royong, bernalar kritis dan kreatif diharapkan dapat diasah melalui pembelajaran yang berpusat pada murid dan berkualitas. Murid tetaplah menjadi subyek dalam pembelajaran dimana murid merupakan konsiderasi utama bagi guru dalam merancang pembelajarannya.

Hal berikutnya yang menjadi focus kurikulum merdeka yakni adanya keterampilan 4C yang meliputi keterampilan berpikir kritis, kreatif, serta berkomunikasi sekaligus mampu berkolaborasi diantara peserta didik dalam proses pembelajaran. Keterampilan 4C ini amat dibutuhkan di abad 21 ini dimana mereka dituntut untuk mampu menempatkan dirinya sebagai warga dunia nantinya.

Hal mendasar lainnya yang perlu menjadi pertimbangan adalah menciptakan lingkungan pendidikan berbasis teknologi. Pada era 5.0 sekarang ini dimana pelibatan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) tak pelak sudah memasuki dunia pendidikan dimana pembelajaranpun sudah menggunakan teknologi ini. Para peserta didik dituntut untuk menguasai teknologi yang ditawarkan dalam pembelajaran. Mereka yang terlahir sebagai digital natives akan berhubungan dengan  teknologi. Kemampuan peserta didik yang berkolaborasi dengan guru bahkan orang tua dalam pemanfaatan teknologi ini seyogyanya menjadi modal mereka dalam menguasai materi pembelajaran.

 

 

 

ISI

Berdasarkan hal-hal yang disebutkan di atas, saya mencoba melakukan suatu inovasi dan kolaborasi dalam pembelajaran antar peserta didik dan guru dalam mempelajari Capaian Pembelajaran descriptive text di kelas X fase E di SMA Negeri 1 Batang Anai. Saya menginisiasi penggunaan infografis canva sebagai kesimpulan yang ditransformasikan pada bentuk lisan menggunakan Text To Speech atau saya singkat dengan ‘I can TTS’.  Teks descriptive berbentuk tulisan pada infografis yang dibuat siswa akan disulihsuarakan menjadi bentuk lisan menggunakan text to speech.

Menciptakan sebuah teks descriptive tentang tempat wisata dan bangunan bersejarah yang biasanya diberikan dalam bentuk teks tertulis maupun teks lisan ketika dikemas sedemikian rupa dengan memadukan keterampilan yang dimiliki peserta didik, penguasaan teknologi maupun semangat berkolaborasi menjadikan saya sebagai seorang guru Bahasa Inggris sampai pada pemikiran bahwa karya nyata mereka berupa infografis canva yang dipadukan dengan teknologi text to speech akan berdampak besar terhadap proses maupun hasil belajar mereka. Tampilan teks yang menarik menggunakan infografis pada aplikasi yang mudah digunakan lalu menyulihsuarakannya dalam bentuk lisan inilah yang melatarbelakangi saya dalam melaksanakan pembelajaran melalui I can TTS ini.

Menulis sebuah teks descriptive yang digabung dengan kepiawaian peserta didik dalam memanfaatkan teknologi yang bisa mereka akses melalui gawainya akan menghasilkan sebuah karya menarik yang didigitalisasikan. Karya yang dihasilkan peserta didikpun dapat dikategorikan ke dalam teks multimodal karena memadukan unsur tertulis dan lisan dengan gambar, animasi, audio bahkan video.

Adapun tujuan pelaksanaan karya berbasis proyek I can TTS ini, diantaranya:

  1. Mengaplikasikan pembelajaran berdiferensiasi dalam konteks sesungguhnya yakni mengemukakan beragam keterampilan yang dimiliki peserta didik serta melakukan variasi dalam produk dan proses pembelajaran.
  2. Mengembangkan keterampilan berbicara, membaca, menulis dan mempresentasikan.
  3. Memberi kesempatan untuk berkolaborasi dan bekerja mandiri secara daring maupun luring.
  4. Mengembangkan literasi digital peserta didik.
  5. Meningkatkan kompetensi literasi peserta didik dalam hal ini menulis dan menyimak.
  6. Membangun kepercayaan diri peserta didik.

Pembelajaran ini bukannya berlangsung tanpa hambatan. Lokasi demografis sekolah saya, SMA Negeri 1 Batang Anai, yang berjarak sekitar 20 km dari pusat kota Padang sebagai ibukota provinsi Sumatera Barat membuat akses internet dan keterjangkauannya menjadi salah satu kendala dalam proses belajar mengajar. Tapi saya menganggap hal ini merupakan suatu tantangan dalam membelajarkan peserta didik saya.  Saya juga mencoba untuk bekerjasama dengan pihak sekolah dalam penggunaan wifi sekolah agar kebutuhan peserta didik bisa lebih diakomodasi. Bagi peserta didik yang belum terlibat secara aktif saya coba mendekati dan memberikan pemahaman akan peran mereka dalam menyelesaikan proyek bersama ini. Sesekali saya mengajak mereka untuk belajar di luar kelas seperti di perpustakaan, di palanta literasi (arena baca di luar kelas) bahkan di laga-laga nan balinduang (area latihan terbuka) sekolah. Hambatan saya anggap sebagai tantangan untuk perbaikan proses belajar ke depannya.

Proyek ini dilakukan dalam durasi waktu lebih kurang dua minggu dimana guru bertindak juga selaku pendamping atau fasilitator dalam setiap tahapan pembuatan I can TTSnya. Tahapannya bisa diadaptasi sesuai ketersediaan waktu, tujuan pembelajaran dan lingkup proyek. Adapun tahapan pelaksanaannya mencakup:

  1. Perkenalan Infografis Canva dan Text to Speech.

Guru memperkenalkan infografis Canva dan Text to Speech sebagai teknologi pembelajaran baru kepada peserta didik. Infografis Canva digunakan sebagai alat bantu pembuatan gambar dan visualisasi teks yang dibuat peserta didik serta Text to Speech sebagai teknologi suara terkomputerisasi. Guru memberikan contoh-contoh penggunaan kedua teknologi tersebut yakni untuk menulis dan melengkapi tampilan teks dengan berbagai elemen seperti gambar, logo dan ornamen lainnya. Sementara itu, text to speech digunakan untuk menyulihsuarakan teks yang dibuat peserta didik agar mereka bias mendengar teks yang ditulis. Mereka bahkan juga bias memilih karakter suara yang sesuai serta berdasarkan preferensi masing-masing. Guru menjelaskan manfaatnya untuk pembelajaran.

 

  1. Pembuatan Infografis

Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok dan masing-masing kelompok diberikan topik teks deskriptive yang berbeda-beda. Setiap kelompok diminta untuk menulis sebuah teks yang disesuaikan dengan karakteristik sebuah teks descriptive dan memiliki struktur organisasi teks yang sesuai serta informasi detilnya.  Kemudian, setiap kelompok diminta menggambarkan gagasan tersebut dalam bentuk infografis dengan menggunakan Canva. Melalui aktivitas ini, siswa akan belajar mengembangkan keterampilan berpikir visual dan pemahaman informasi.

  1. Presentasi dan Text to Speech

Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka di depan kelas. Setelah setiap presentasi, guru meminta siswa untuk memberikan tanggapan dan menjelaskan cara mereka menggunakan infografis dan teknologi Text to Speech. Guru juga menggunakan Text to Speech untuk membacakan teks deskriptif setiap kelompok dengan suara terkomputerisasi. Hal ini dapat membantu peserta didik yang kesulitan dalam membaca atau memahami bahasa Inggris secara lisan.

  1. Refleksi dan Penilaian

Guru meminta peserta didik untuk merefleksikan pengalaman mereka dalam menggunakan infografis dan teknologi Text to Speech dalam pembelajaran. Mereka diminta untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari dan bagaimana teknologi pembelajaran dapat membantu mereka dalam memahami teks descriptive Bahasa Inggris. Guru juga menilai hasil kerja peserta didik dan memberikan umpan balik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

 

PENUTUP

Hasil karya peserta didik berupa infografis dan teks lisan ini dikumpulkan dengan cara menyerahkan link infografis dan link audionya kepada guru. Peserta didik diberikan apresiasi berupa penilaian atas karyanya. Saya menggunakan rubrik penilaian writing untuk asesmen karya peserta didik dengan menilai komponen isi dan kreatifitas karyanya. Verbal reward pun disampaikan atas kolaborasi yang mereka lakukan serta membagikan karya mereka melalui forum guru di sekolah maupun di luar sekolah agar karya inovatif yang dihasilkan bisa menjadi inspirasi bagi para peserta didik lainnya, guru, orang tua dan masyarakat pemerhati pendidikan. Tak lupa saya juga memberikan masukan akan karya yang dihasilkan. Masukan bisa berupa saran agar karya yang dihasilkan semakin optimal dan bernilai.

Hal lainnya yang saya dapatkan yakni saya bisa memetakan peserta didik saya berdasarkan pengamatan terhadap karya yang mereka hasilkan. Sebagai guru, saya jadi lebih memahami dan berempati terhadap perbedaan individu yang ada. Perbedaan itu berupa gaya belajar,  preferensi dalam pembelajaran, dan tendensi yang mereka tunjukkan selama proses pembuatan karya ini.

Dapat saya simpulkan bahwa pembelajaran berkualitas yang terjadi selama proses pembelajaran dapat saya kategorikan sebagai implementasi dari kurikulum merdeka yang berpihak pada pserta didik, menginisiasi IT, mengedepankan kolaborasi dan memberikan stimulus terhadap kreatifitas peserta didik dalam menghasilkan karya sekaligus memberikan pemahaman lebih terhadap pembelajaran teks descriptive ini. Saya juga mengamati ada peserta didik yang lebih suka bekerjasama di dalam kelompok dan ada juga yang senang bereksplorasi secara mandiri. Jadi, beragam gaya belajar peserta didik dapat diakomodir melalui media ini.

Dampak proses pembelajaran descriptive melalui I can TTS ini memotivasi peserta didik dalam bereksplorasi dan berekspresi dalam menuangkan karya yang mereka hasilkan. Mereka amat menikmati proses pembuatan infografisnya. Apalagi ketika karya mereka selesai, terlihat sekali kepuasan, semangat dan keceriaan remaja SMA yang ditunjukkan akan produk digital yang mereka buat melalui text to speech. Semangat ini mereka tularkan kepada rekan-rekannya melalui karya yang diunggah dan dipublikasikan. Sebagai guru, sayapun mendapatkan kesempatan untuk mendiseminasikan penggunaan I can TTS ini kepada rekan-rekan guru lainnya baik di sekolah maupun di forum MGMP Bahasa Inggris Kabupaten Padang Pariaman. Saya berharap akan semakin banyak lagi guru, peserta didik dan orang tua maupun pemangku kepentingan di bidang pendidikan yang terpanggil dan termotivasi untuk mengembangkan berbagai teknik, metoda maupun media pembelajaran yang bermakna, mudah digunakan, merangsang kreatifitas, IT-based, dan terjangkau seperti I can TTS. Hal yang paling esensial adalah teknik ini dapat memfasilitasi pembelajaran berkualitas sesuai semangat dan ruh Kurikulum Merdeka.  

 

Demikianlah karya teks descriptive yang saya gagas. Inovasi pembelajaran dengan menggunakan teknologi dapat merangsang minat belajar siswa dan memberikan pengalaman pembelajaran yang bermakna. Penggunaan infografis Canva dan Text to Speech atau I can TTS dalam pembelajaran teks deskriptve bahasa Inggris dapat membantu siswa dalam memahami keterampilan berbahasa dan keterampilan berpikir visual secara aktif dan kreatif. Semoga bisa menjadi salah satu alternatif solusi dan cerita inspiratif yang menginspirasi guru dan/ atau insan pendidikan lainnya dalam melaksanakan Kurikulum Merdeka  di dunia pendidikan di tanah air. Melalui I can TTS, pembelajaran Bahasa Inggris menjadi pembelajaran yang memadupadankan komunikasi lisan dan tulisan melalui teknologi untuk pembelajran yang berkualitas.

 

Refleksi/Dampak Diri

Setelah menggunakan Teknik I can TTS ini, peserta didik antusias dan eksploratif dalam mencoba teknik inovatif dalam pembelajaran Bahasa Inggris khususnya materi teks descriptive ini. Peserta didik belajar berkolaborasi dalam kelompok, berdiskusi dan mencari solusi permasalahan ketika mengalami kendala baik dalam pemahaman materi maupun penggunaan teknologi. Bagi peserta didik yang tidak memiliki gawai, mereka bisa belajar di labor TIK atau berkolaborasi Bersama temannya atau menuliskan dan merancang infografisnya di buku latihan yang nantinya juga akan dirubah menjadi teks lisan yang bisa mereka dengarkan. Mereka juga berlatih meningkatkan kompetensi menulis ,menyimak dan mencipta yang merupakan kompetensi produktif yang berada di level aras berpikir tingkat tinggi. Bagi saya sebagai guru, saya belajar bahwa diferensiasi dalam pembelajaran serta penguasaan IT memang sebaiknya diperkenalkan kepada peserta didik karena penguasaan terhadap IT, penanaman karakter melalui profil pelajar Pancasila yakni kerjasama dan kreatifitas akan berdampak pada pembelajaran yang melibatkan dan menempatkan peserta didik sebagai subyek pembelajaran serta berpihak pada mereka. Perasaan senang dan bersemangat dalam belajar akan menggiring mereka pada proses pembelajaran yang berkualitas sebagai implementasi dari kurikulum merdeka.

 

 

 

 

PROFIL PENULIS

Nama saya Marjenny, M.Pd. Saya adalah seorang guru Bahasa Inggris yang bertugas di SMA Negeri 1 Batang Anai, Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat. Saya sudah mengajar di sekolah ini sejak tahun 2005 setelah sebelumnya mengajar di SMP Negeri 3 Sungai Geringging. Saya suka menulis dan sudah menghasilkan berbagai buku antologi dan buku duo tentang pembelajaran dan pedagogi., karya tulis ilmiah berupa artikel, PTK, best practice dan sebagainya yang sudah terbit dan dipublikasikan pada beberapa jurnal baik di dalam maupun luar negeri. Saya juga menyukai bidang public speaking dengan terus mengasah kemampuan saya menjadi pembiacara di beberapa seminar daerah, nasional maupun internasional, simposium, workshop, pelatihan, IHT dan lokakarya.  Buku terakhir yang saya tulis adalah buku paket Bahasa Inggris Kelas XII kurikulum merdeka bersama beberapa penulis lain. Saya juga pernah menjadi pengurus forum guru, pelatih dan juri debat Bahasa Inggris di daerah saya. Pada tahun 2019 dan 2022 saya pernah menjuarai lomba best practice antar guru SMA tingkat provinsi Sumatera Barat. Di tahun 2021 saya menjadi Pengajar Praktik PGP Angkatan 4. Saat ini saya juga bertugas sebagai fasilitator Calon Guru Penggerak Kemdikbudristek pada angkatan 9. Disamping itu saya juga lolos seleksi menjadi penilai buku teks pendamping Kemdikbudristek.

 

Bagikan artikel ini :

(0) Komentar

Silakan login untuk dapat berkomentar!

Artikel Lainnya

Praktik Baik Penguatan Projek Profil Pelajar Pancasila di SMAN 51 Jakarta
guru inovatif dan inspiratif
KGB BANYUMAS KLOYONG MENG PRODUSEN OBANG-ABING
Mengerjakan LKPD dengan menarik
Document