Home

Donasi Login Register
Artikel
ERFAN AFANDI
pada 23 March 2023 | Kelas Kemerdekaan

MELATIH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBL DENGAN MIND MAPING DALAM MENENTUKAN ISI INFORMASI TEKS DESKRIPSI

MELATIH KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBL DENGAN MIND MAPING DALAM MENENTUKAN ISI INFORMASI TEKS DESKRIPSI

Erfan Afandi

Saat ini kita telah memasuki era baru, yakni revolusi industri 4.0 dibarengi dengan revolusi society 5.0. Era industri 4.0 lebih menekankan pada penguasaan teknologi sebagai objek kehidupan, sedangkan era Society 5.0 lebih menekankan kepada aspek manusia sebagai subjek yang mampu secara bijaksana dan kritis dalam menyikapi perkembangan teknologi. 

Perubahan keduanya pun memberikan dampak yang sangat besar terhadap proses penyelenggaraan pendidikan saat ini di Indonesia dari teacher centered menuju student centered. Hal tersebut terwujud dalam pembelajaran abad 21 seperti yang dicanangkan oleh pemerintah. Siswa dilatih secara mandiri dan aktif terlibat dalam menemukan, memecahkan, serta mengomunikasikan permasalahan yang dihadapi secara kolaboratif.

Barus (2019) mengemukakan bahwa pembelajaran abad 21 secara sederhana diartikan sebagai pembelajaran yang memberikan kecakapan abad 21. Lebih lanjut dijelaskan oleh Barus (2019) Keterampilan abad 21 mencakup (1) Comunication, (2) Collaboration, (3) Critical Thinking dan Problem Solving, (4) Creative and Innovative atau yang biasa disebut dengan istilah 4C.

Kemampuan berpikir kritis merupakan satu di antara keterampilan abad 21 yang wajib dilatih dan dikembangkan dalam diri siswa. Kemampuan berpikir kritis merupakan suatu proses maupun cara untuk memecahkan masalah dan menemukan solusi secara tepat dan terarah. Hal tersebut senada dengan yang disampaikan oleh John Dewey  (dalam  Septikasari dan Frasandy: 2018) secara esensial berpikir kritis merupakan proses aktif dimana seseorang memikirkan berbagai hal secara mendalam, mengajukan pertanyaan untuk diri sendiri, menemukan informasi yang relevan untuk diri sendiri daripada menerima berbagai hal dari orang lain.

Kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menemukan isi informasi teks deskripsi masih rendah. Hal ini disebabkan oleh penggunaan model dan metode pembelajaran yang dilakukan tidak berpusat kepada murid, tetapi berpusat kepada guru. Guru adalah sumber utama pengetahuan bagi siswa. Hal ini mengakibatkan kemampuan berpikir kritis siswa belum tumbuh secara maksimal.

Berdasarkan uraian di atas maka perlu adanya penggunaan model dan metode pembelajaran yang berbeda agar kemampuan berpikir kritis siswa terasah dengan maksimal. Satu di antaranya adalah dengan penerapan model pembelajaran Problem Base Learning (PBL) dengan metode Mind Mapping.

Problem Base Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang berpusat kepada siswa atau student centered sehingga peserta didik aktif menemukan dan menyelesaikan permasalahan dengan solusi yang lebih relevan. Menurut Satyaka (dalam Lumbantobing: 2020) Problem Base Learning (PBL) menekankan kepada belajar sebagai proses yang melibatkan pemecahan masalah dan berpikir kritis dalam konteks yang sebenarnya.

Menurut Abdurrozak  &  Jayadinata (dalam Sriamah dkk: 2020) Model Problem Based Learning (PBL) sangat cocok diterapkan untuk membuat siswa aktif  dalam  mengikuti  kegiatan  pembelajaran  karena  dengan  tahapannya  berupa  orientasi, organisasi, investigasi, presentasi, analisis dan evaluasi akan membantu siswa dalam mencari dan  menemukan  sendiri  materi  atau  jawaban  yang  dipelajari  sesuai  dengan  masalah  yang diberikan.

Mind Maping (Peta Pikiran) merupakan metode untuk mencatat informasi yang memudahkan kita mengingat banyak informasi. Buzan (dalam Triana dkk: 2021) mengatakan bahwa Mind Mapping (Peta Pikiran) merupakan cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi keluar dari otak. Lebih lanjut Buzan (dalam Triana dkk: 2021) menjelaskan bahwa merupakan satu di antara metode pembelajaran yang secara otomatis memberikan semangat kepada siswa sehingga siswa tertarik menerima pembelajaran dan bekerja sama di dalam kelas.

Berdasarkkan penjelasan di atas, penulis menerapkan model pembelajaran PBL dengan penggunaan metode Mind Mapping (Peta Pikiran) untuk memahami isi informasi teks deskripsi.

Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan di satuan pendidikan SMP Negeri 2 Mangaran Kabupaten Situbondo kelas VII yang berjumlah sembilan orang, 4 orang laki-laki dan 5 orang perempuan. Pemilihan kelas VII didasarkan atas beberapa hal di antaranya, (1) Siswa berada pada masa adaptasi dari jenjang SD menuju tingkat SMP, (2) Tingkat pemahaman siswa masih rendah, dan (3) Memiliki latar belakang tingkat kemampuan membaca pemahaman yang sama rata.

Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan hari Rabu, 31 Agustus 2022 dengan muatan pelajaran Bahasa Indonesia. Tujuan dari kegiatan pembelajaran ini adalah siswa dapat memahami isi informasi teks deskripsi. Kegiatan pembelajaran ini diawali dengan kegiatan apersepsi, yakni mengorientasi pengetahuan awal mereka dengan materi yang akan dipelajari.  Siswa diajak untuk bermain kuis tebak gambar puzzle dengan kalimat kunci, yakni kalimat deskripsi. Dengan permainan ini, rasa antusias siswa dalam mengawali kegiatan pembelajaran terasa lebih bersemangat daripada sebelummya. Mereka lebih ceria dan lebih terbuka dalam menerima pengetahuan baru untuk dirinya.

Setelah kegiatan apersepsi, kegiatan pembelajaran memasuki tahap kegiatan inti. Pada kegiatan inti, penulis menerapkan sintak pembelajaran Problem Base Learning (PBL), yakni orientasi, organisasi, investigasi, presentasi, analisis dan evaluasi. Penjabaran dari tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Mengorientasi siswa pada masalah

Pada kegiatan ini siswa menonton sebuah video tentang pesona alam Gunung Bromo. Seluruh siswa menyimak video tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengorientasikan pikiran siswa terhadap pemetaan informasi yang tertuang dalam video tersebut.

Dalam kegiatan ini, siswa sangat antusias menyaksikan penampakan alam Gunung Bromo. Pada pertemuan sebelumnya siswa hanya bisa mengasosiakan dari teks deskripsi yang mereka baca. Setelah menonton video, penulis memancing siswa dengan pertanyaan pemantik tentang objek-objek yang digambarkan di dalam video tersebut. Siswa sangat antusias berebut menjawab pertanyaan yang penulis sampaikan.

Penayangan video tersebut membuat siswa berpikir dan bertanya bagaimana mereka sampai ke sana hingga berpikir apa yang akan siswa lakukan jika berlibur di sana. Dari orientasi masalah ini, siswa dipancing untuk ikut berpartisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan menjawab dan bertanya dari yang mereka lihat sehinnga proses berpikir kritis siswa terus terlatih.

Kemudian, penulis melanjutkan kegiatan orientasi masalah dengan penayangan gambar berupa binatang, yakni gajah. Sebelum penayangan teks deskripsi tentang gajah, siswa diminta untuk berpikir terlebih dahulu tentang apa saja yang dapat digambarkan dari gambar tersebut. Proses ini mengajak siswa untuk menemukan ide, pikiran, atau objek yang ada di dalam gambar tersebut. Jawaban deskripsi siswa sangat beragam mulai bentuk tubuh, makanan, hingga habitat dari seekor gajah.

Dengan orientasi sebuah masalah, siswa akan terlatih untuk berpikir, berkreasi, dan berkomunikasi di dalam forum kelas. Suasana kelas lebih aktif daripada pertemuan-pertemuan sebelumnya.

  1. Mengorganisasi siswa untuk belajar

Pada tahap ini, siswa diajak berkolaborasi dengan teman-teman yang ada di kelas membentuk kelompok. Masing-masing kelompok berlatih mengerjakan LKPD.

Pada saat pengorganisasian kelompok, Guru mengajak siswa untuk berhitung dan berkumpul sesuai dengan hitungan yang diucapkan. Hal ini dilakukan penulis untuk menjaga keberagaman anggota kelompok, baik laki-laki, perempuan, maupun keberagaman pengetahuan yang siswa miliki.

  1. Melakukan penulusuran untuk menjawab pertanyaan

Siswa bersama dengan anggota kelompoknya membaca teks deskripsi yang ada di dalam LKPD. Setelah itu, siswa bersama kelompoknya menuangkan informasi yang didapat dalam bentuk Main Map (Peta Pikiran). Main Map (Peta Pikira) yang dibuat oleh siswa bersama dengan anggota kelompoknya disesuaikan dengan objek dan rincian objek yang tergambar dalam teks deskripsi.

Pada tahap ini, Secara umum Main Map (Peta Pikiran) yang dihasilkan sudah menggambarkan isi yang ada di dalam teks deskripsi. Namun, dari segi kerapian gambar yang dihasilkan masih jauh dari sempurna. Dari segi warna, gambar masih monoton. Dari segi bentuk kurang variatif. Hal ini masih bisa dimaklumi karena penulis lebih menekankan kepada hal isi peta pemikirannya dari pada warna dan bentuk.

  1. Menyusun hasil karya dan mempresentasikan

Hasil dari peta pikiran peserta didik kemudian dipresentasikan di depan kelas. Kelompok yang lain menyimak dan memberikan tanggapan terhadap penampilan dari kelompok penampil. Kemudian, di akhir presentasi setiap kelompok, guru memberikan penguatan atas pertanyaan dan jawaban dari peserta didik.

  1. Melakukan evalulasi dan refleksi proses dan hasil penyelesaian masalah

Pada tahap ini, siswa bersama dengan guru merefleksi pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan melempar pertanyaan pemantik, “apa yang dapat kita simpulkan dari pembelajaran hari ini?”. Siswa sangat antusias mengacungkan tangan untuk menyimpulkan pembelajaran.

Kemudian, guru bersama siswa merencakan pembelajaran pada pertemuan selanjutnya. Lalu, ditutup dengan doa setelah kegiatan pembelajaran dan diakhiri dengan salam.

Peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran PBL dengan metode Mind Mapping (Peta Pikiran) sangat positif, yakni kemampuan berpikirir kritis, keterampilan berpikir kreatif, keterampilan bekerja sama, dan keterampilan berkomunikasi bisa terlatih dengan baik sehingga siswa lebih nyaman aktif di dalam pembelajaran.

Bagikan artikel ini :

(0) Komentar

Silakan login untuk dapat berkomentar!

Artikel Lainnya

Pembelajaran yang berpusat pada murid.
Pendidikan Moral Harus Diterapkan Sedini Mungkin
Pembuatan Aksi Nyata di Platform Merdeka Mengajar
SIK ASIK BELAJAR BAHASA INGGRIS
Document